TUGAS MANDIRI
PEMBAHASAN TENTANG MASALAH PENYAKIT
PADA TERNAK RUMINANSIA (MILK FEVER DAN KETOSIS)
Oleh :
SOFYAN HIDAYAT
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2015
PEMBAHASAN
1.
MILK FEVER
A.
Defenisi
Milk Fever
Milk Fever juga disebut parturient paresis, hypocalcaemia,
calving paralysis, parturient paralysis, dan parturient apoplexy merupakan
penyakit metabolik yang sering terjadi pada sapi perah banyak ditemukan pada
sapi perah yang baru saja melahirkan dan terutama yang berproduksi tinggi. Milk
fever disebabkan kondisi hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah rendah.
Penyakit ini ditandai dengan adanya penurunan kadar kalsium di dalam darah,
yang normalnya 9-12 mg/dl menjadi kurang dari 5 mg/dl. Sebanyak 90% kejadian
ditemukan dalam 48 jam setelah proses kelahiran. Jumlah kejadian penyakit akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur sapi perah. Milk Fever biasanya
ditemukan pada sapi perah yang telah beranak lebih dari 3 kali.
B.
Penyebab
terjadinya penyakit Milk Fever
Milk fever disebabkan kondisi hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah
rendah. Adapun faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan gangguan ini
meliputi umur, produksi serta persistensi produksi susu. Pemberian Kalsium
dengan kadar tinggi dan perbandingan Kalsium dan Posfor yang tinggi di dalam
ransum kepada sapi perah pada periode kering dapat merangsang pelepasan
calcitonin dari sel-sel parafolikuler pada kelenjar thyroid, sehingga
menghambat penyerapan (resorbsi) Kalsium ke dalam tulang oleh parathormon.
Hypercalcemia (tingginya kadar Kalsium dalam darah) menghambat sekresi
parathormon dan merangsang sekresi (pengeluaran) calcitonin. Calcitonin
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah
dengan jalan menghambat resorbsi oleh tulang. Pengauh ini cenderung menghambat
adaptasi normal sapi tersebut terhadap kekurangan Kalsium pada permulaan partus
dan laktasi yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Kelumpuhan (paralisa) ini
biasanya berhubungan dengan kadar Kalsium dalam darah di bawah 5 mg/100 ml
serum. Faktor predisposisi yang berperan dalam kejadian Milk Fever antara lain:
- Produksi air susu : Biasanya peningkatan produksi air susu akan meningkatkan metabolisme Ca dan meningkatkan Ca ke colostrum. Bila pemasukan tidak seimbang maka kemungkinan besar akan terjadi Milk Fever.
- Umur sapi : Penyerapan Ca pada sapi-sapi tua mengalami penurunan.
- Kemauan makan sapi : Pada saat menjelang melahirkan, 8-16 jam atau lebih, kebanyakan sapi mengalami penurunan nafsu makan. Turunnya nafsu makan akan menyebabkan turunnya ketersediaan kalsium yang siap diserap.
- Ransum pakan : Pakan sapi perah yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang seimbang adalah Ca:P = 1:1.
C.
Ciri – ciri
Penderita/Gejala
Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi
nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan, kaki dan telinga dinging,
suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki belakang lemah dan sulit berkurang
atau berhenti sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Kalau semakin
parah sapi hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka
kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila
segera diketahui dan diberikan pertolongan.
D.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Milk Faver
Untuk mencegah terjadinya milk fever (paresis peurpuralis) kadar Kalsium
dalam ransum harus dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat
dapat diberikan + 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan
mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian
konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi akan melahirkan.
Pengobatan dilakukan dengan cara menyuntikkan garam berkalsium lengkap.
Sediaan kalsium yang dipakai antara lain harus:
- Larutan kalsium klorida 10% disuntikkan secara intra vena, pemberian yang terlalu banyak atau terlalu cepat dapat mengakibatkan heart block.
- Larutan kalsium boroglukonat 20-30% sebanyak 1:1 terhadap berat badan disuntikkan secara intra vena jugularis atau vena mammaria selama 10-15 menit.
- Campuran berbagai sediaan kalsium seperti Calphon Forte, Calfosal atau Calcitad-50.
Pengobatan sapi yang menampakkan
gejala adalah penyuntikan 750 s/d 1500 ml Gluconas calcium 20 % secara
intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 sampai
12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil hewan dapat diberikan preparat
yang mengandung magnesium. Hanya sedikit air susu yang boleh diperah selam 2
sampai 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindarkan selama waktu tersebut.
2.
KETOSIS
A.
Defenisi Ketosis
Ketosis
adalah kelainan fisiologis yang biasanya terjadi pada sapi perah beberapa
minggu post partum. Tanda-tanda ketosis antara lain anorexia, atony rumen,
konstipasi, turunnya produksi susu dan penurunan berat badan. Meningkatnya
konsentrasi badan-badan keton dalam darah disebut ketonemia (hiperketonemia)
dan meningkatnya konsentrasi badan-badan keton dalam urin disebut ketonuria.
Keadaan keseluruhari ini disebut juga ketosis (Hamper, 1979).
Ketosis merupakan salah satu penyakit yang sering
terjadi di sapi perah. Ketosis adalah kelainan yang umumnya mengganggu sapi perah
pada minggu-minggu pertama sesudah melahirkan. Ketosis pada sapi perah di duga
akibat ransum ternak yang kekurangan karbohidrat atau absosis karbohidrat yang
terganggu. Di literatur lainnya, disebutkan ketosis terjadi akibat kekurangan
glukosa di dalam darah dan tubuh. Ketosis merupakan suatu kekacauan metabolisme
yang dapat ditimbulkan oleh tingginya lemak dan rendahnya karbohidrat dalam
ransum. Ketosis dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu primary ketosis
dan secondary ketosis. Ketosis primer adalah kelainan metabolik yang terjadi
bila tidak terdapat kondisi patologis pada sapi tersebut. Ketosis sekunder
biasanya diikuti kelainan seperti demam, mastitis atau placenta yang diretensi.
B.
Penyebab Ketosis
Pada masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa
meningkat karena glukosa pada masa itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan
pedet dan persiapan kelahiran. Sedangkan pada masa awal laktasi glukosa
dibutuhkan sekali untuk pembentukan Laktosa (gula susu) dan lemak, sehingga
jika asupan karbohidrat dari pakan kurang maka secara fisiologis tubuh akan
berusaha mencukupinya dengan cara glukoneogenesis yang biasanya dengan
membongkar asamlemak dalam hati. Efek samping dari pembongkaran asam lemak di
hati untuk di dapatkan hasil akhir glukosa akan meningkatkan juga hasil samping
yang disebut benda2 keton (acetone, acetoacetate, β-hydroxybutyrate (BHB))
dalam darah. Ketosis dapat bersifat primer, seperti pada sapi yang mempunyai
produksi susu tinggi dengan pemberian karbohidrat dalam pakan yang kurang.
Tetapi ketosis juga bisa bersifat skunder, yaitu akibat gangguan penyakit
tertentu yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat meskipun
karbohidrat dalam pakan yang diberikan cukup. Kejadian ketosis yang bersifat
skunder dapat terjadi akibat kasus Displasia Abomasum, Metritis, Peritonitis,
Mastitis atau penyakit2 yang menyebabkan penurunan nafsu makan dalam waktu yang
lama.
C.
Gejala pada Sapi yang mengalami Ketosis
Manifestasi
klinis ketosis dapat dibedakan menjadi ketosis nervosa dan ketosis digesti.
Pada awal kejadian akan sering terlihat adanya gejala syaraf seperti depresi,
eksitasi, dan tampak liar, jika kondisi semakin buruk maka sapi akan semakin
lesu dan tidak tanggap terhadap rangsangan suara maupun mekanis. Gangguan ini
juga terjadi pada syaraf otonom yang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan
yang terlihat berupa hipersalivasi, kerja rumen yang meningkat atau menurun,
peningkatan dan pengurangan frekuensi
pengeluaran tinja. Gejala-gejala ini mirip dengan kejadian indigesti. Gejala lainnya
yang terlihat adalah sapi mengalami penurunan nafsu makan, penurunan prosuksi
susu, dan bau yang khas pada napas yang terjadi pada beberapa hewan. Bau khas
pada napas ini adalah bau aseton. Bau aseton ini terkadang juga terdapat pada
susu dan urin. Hal ini terjadi karena abnormalitas akumulasi badan keton di dalam
darah dan jaringan. Sapi juga mengalami hipersalivasi, menjilat-jilat suatu
abjek barkali-kali, otot bahu dan pinggang tampak gemetar. Sapi yang mengalami
ketosis, tidak makan dalam waktu yang panjang akan mengalami kerusakan hati
yang permanen dan mengalami ketosis kronik.
Gejala
klinis yang ditemukan pada kasus ketosis yang terjadi di lapang adalah sapi
yang tiba-tiba ambruk pada hari ke lima postpartus. Ketosis yang terjadi merupakan kelanjutan hipokalsemia. Sapi mengalami
hipokalsemia dan ambruk pada hari ke 3 post partus. Sapi diterapi dengan
memberikan Cofacalsium® 500ml IV. Pada hari ke 5 sapi kembali
ambruk. Hasil urinalisis menggunakan strip test menunjukan ketonuria.
Hal ini mengindikasikan kondisi ketosis. Frekuensi nadi masih normal yaitu
sebanyak 80 kali permenit. Frekuensi napas mengalami peningkatan yaitu sebanyak
40 kali per menit, secara normal frekuensi napas adalah 20-30 kali per menit. Suhu tubuh
mengalami peningkatan yaitu 39°C. Sapi tetap tidak bisa berdiri
meskipun sudah diberi kejutan listrik. Hewan yang mengalami ketosis memiliki
badan yang kurus.
D.
Penanggulangan dan Pencegahan Ketosis pada Sapi
Perah
Suatu cara untuk
mengetahui kondisi ketosis yang terdapat pada sapi perah yaitu dengan cara
mengukur tingkat glukosa darah dan tingkat kadar badan-badan keton dalam darah.
Test kualitatif yaitu menggunakan Rothera test, dengan menduga badan keton
dalam urin. Tetapi bila test urin positif belumlah dapat dikatakan akurat. Perlu
dilakukan dilakukan test badan keton dalam susu yaitu dengan Ketotest Denco
(Schultz, 1970). Fox (1970) menganjurkan pengobatan ketosis dengan menggunakan propylene
glicol. Untuk mencegah terjadinya ketosis pada sapi perah yaitu dengan
mengontrol makanan dan management yang baik. Caranya yaitu :
§ Tidak memberikan bahan yang mengandung lemak
yang berlebihan pada saat setelah melahirkan.
§ Meningkatkan pemberian konsentrat setelah
melahirkan
§ Memberikan hijauan yang berkualitas baik
minimal 1/3 dari total bahan kering ransum.
§ Jangan mengubah secara tiba-tiba susunan
ransum.
§ Menghindari pemberian hay dan silase yang
tinggi asam butiratnya.
§ Memonitor kondisi keotik setiap minggu dengan
mengetes susu, memberi makan propylene glikol untuk sapi-sapi yang mudah kena
ketosis.
§ Menyeleksi sapi-sapi yang sehat dan mempunyai
nafsu makan yang baik.
§ Menyediakan batas maksimum konsumsi energi
dan menghindari ternak dari stress (Schultz, 1970).
DAFTAR
PUSTAKA
Harper H.A., V.W. Roowell and P. A. Mayer. 1979. Terjemahan Muliawan,
Biokimia Ed ke 17. Lange Medical Publ. Los Altos. California. USA. Penerbit
Buku Kedokteran E.G.C. Jakarta.
Schultz L.H. 1970. Management and Nutritional Aspects of Ketosis
.J. Dairy Sci. 54 no 6 ;962.971.
King casino no deposit bonus codes 2021 - Vie Casino
BalasHapusKing Casino vua nhà cái no deposit bonus codes 2021. Claim the free $30 no deposit bonus and 메리트 카지노 쿠폰 discover the latest bonus offers from King Casino for 2021.